Kamis, 06 September 2012

Materi Kepeminpinan Nasyiatul 'Aisyiyah

Kepemimpinan Nasyiatul Aisyiyah
Oleh : Dra. Hamdanah Ahmad
(Ketua MPK-PWA Jateng)

I.                   Pendahuluan
     Masa depan persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan Dakwah dan Tajdid dan Aisyiyah sebagai perempuan Muhammadiyah tidak mungkin dilepas dari upaya-upaya pewarisan keyakinan dan cita-cita hidupnya, pewarisan kepribadiannya, kepada generasi muda, generasi penerus, pelangsung, dan penyempurna amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah, yaitu Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di antaranya adalah Nasyiatul Aisyiyah.
      Menapaki peralihan Tahun Baru Hijriyah 1430 dan Tahun Baru Masehi 2010 ini Nasyiatul Aisyiyah dihadapkan pada masalah-masalah dan tantangan yang semakin kompleks dan multidimensi, sehingga Nasyiatul Aisyiyah diharapkan mampu dan tanggap menghadapi berbagai perubahan tanpa menghilangkan jati dirinya sebagai organisasi putri Islam (organisasi kader), sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
       PW Muhammadiyah /PW Aisyiyah Jateng memiliki PDM/PDA yang tidak sedikit yaitu 35 buah dari kota/kabupaten. Jumlah yang banyak ini memerlukan pengelolaan manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapai tujuannya sebagai organisasi gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar, berasaskan Islam, bersumber pada Al Qur'an As-sunnah. Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi kader harus memiliki komitmen tanggung jawab keberlangsungan eksistensi Muhammadiyah/Aisyiyah di Jateng ini
II.                Kedudukan Kader dalam Organisasi 
      Kader (Perancis:Cadre) berarti elite, ialah bagian yang terpilih, yang terbaik karena terlatih, berarti jantung suatu organisasi. Kalau kader suatu organisasi lemah, maka seluruh kekuatan organisasi juga lemah.
     Kader bararti pula inti tetap dari suatu resimen. Daya juang resimen ini sangat tergantung dari nilai kadernya, yang merupakan tulang punggung, pusat semangat dan wawasan masa depannya. Maka itulah yang terpilih dan berpengalaman dalam medan pertempuran, yang taat dan berinisiatif, yang dapat disebut kader.

      Dalam bahasa latin, kader (quadrum) berarti empat persegi panjang atau kerangka. Jadi, kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, yaitu merupakan inti dan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar dan terorganisasi secara permanen.

      Fungsi dan kedudukan kader dalam suatu organisasi menjadi sangat penting karena kader sebagai inti penggerak organisasi. Jika suatu organisasi tidak merancang dan menyiapkan para kadernya secara sistematis dan organisateris, maka dapat dipastikan bahwa organisasi itu akan loyo (melempem), tidak ada aktivitas dan tak memiliki prospek masa depan. Oleh sebab itu setiap organisasi haruslah memiliki konsep yang jelas, terencana dan sistematis dalam menyiapkan dan mengembangkan suatu sistem yang menjamin keberlangsungan transformasi kader dan kepemimpinan.
III.             Nasyiatul Aisyiyah, Kader Aisyiyah/Muhammadiyah
      Nasyiatul Aisyiyah sebagai kader Muhammadiyah/Aisyiyah pilihan perlu memiliki kualitas visi dan misi kejuangan dan perjuangannya. Dalam menjalankan tugas yang diembannya di manapun dan dalam suasana apapun, setiap kader Muhammadiyah/Aisyiyah hendaknya mempunyai cara berpikir, sikap mental, kesadaran beragama dan berorganisasi, keahlian serta keikhlasan yang berpusat pada:
1. Alam fikiran                      : selalu berpandangan dakwah (dakwah oriented)
2. Sikap mental                      : selalu berjiwa dakwah (dakwah minded)
3. Kesadaran beragama       : menginsyafi sepenuh jiwa bahwa ajaran agama Islam adalah ruh yang mengerakkan salam setiap amal perbuatan yang diamalkan dan diusahakan terlaksananya dalam masyarakat.
4. Kesadaran berorganisasi  : mengakui bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi adalam merupakan wadah dan alat perjuangan semata untuk mengamalkan dan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai ajaran Islam, dan bukan merupakan tujuan dari perjuangan itu sendiri.
5. Keahlian                             : berkemampuan sebagai subjek dakwah, yang memiliki wawasan luas, menguasai teknologi, media dan informasi sebagai bagian dari stategi dakwah.
Jaman terus berubah dan berkembang, maka diperlukan visi, missi dan strategi yang handal dalam sistem pengkaderan Muhammadiyah dan senua ortom-ortomnya, termasuk di dalamnya Nasyiatul Aisyiyah yang pada akhirnya harus melakukan tranformasi kader di Aisyiyah, perempuan Muhammadiyah sesuai dengan jenjang lingkungannya. Roh kejuangan dan perjuangan harus mendarah daging sehingga Muhammadiyah dan Aisyiyah makin bersinar, menyinari masyarakat Indonesia umumnya, khususnya di Jateng ini, sehingga Nasyiatul Aisyiyah sebagai kader Aisyiyah benar-benar berjuang&bekerja dalam aspek wanita untuk mencapai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dapat terwujud. Di sisi lain Aisyiyah sendiri perlu mengembangkan mekanisme dan efektifitas transformasi kader AMM ke Aisyiyah. Hal ini  sesuai dengan Kebijakan Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat Aisyiyah dalam menyikapi Program Muktamar Bidang Pengkaderan dan Pengembangan Sumber Daya Insani.
IV.             Kepemimpinan
Pengertian:
- Perihal pemimpin, cara memimpin
- Yaitu perihal atau cara mempengaruhi dan menggerakkan pihak lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
- Unsurnya meliputi Pemimpin (Leader), Pengikut (Follower), Cara ( Method), dan Tujuan (Goal) yang merupakan satu kesatuan (System) yang disebut kepemimpinan (Leadership)
- Memimpin:
1. Menunjukkan jalan (show the way)
2. Membimbing dengan dukungan (Guide by holding)
3. Mempengaruhi (Influence the actions or ifinions)
4. Memainkan peranan penting ( Leader in role)
5. Mengendalikan ( To control)
6. Mengatur atau memerintah ( To direct)

Kepemimpinan Nasyiatul Aisyiyah, Aisyiyah atau Muhammadiyah:
1. Meneladani sifat kepemimpinan  Nabi Muhammad
2. Dijalankan dengan sistem organisasi tidak orientasi individu atau figur
3. Bercorak kolegral dengan pembagian kerja secara otoritatif
4. Merupakan kepemimpinan gerakan, bukan semata-mata kepemimpinan organisasi
5. Merupakan alat dinamik dan subsistem dari sistem persarikatan sebagai gerakan Islam yang bertujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

      Kepemimppinan dalam Islam telah banyak diatur oleh al Quran maupun al Hadist seperti yang telah dicontohkan oleh Rosululah SAW. Namun secara sederhana, dapat ditelaah dari Hadist yang menyatakan bahwa  “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya. Hadist tersebut dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksud kamu adalah manusia, dan yang disebut manusia berarti sejak lahir sampai meninggal.
      Setiap manusia pasti memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Segala perilaku hidup yang disengaja untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu yang diinginkannya, berarti telah melakukan aktivitas memimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban. Jadi, seseorang dimintai pertanggungjawaban bukan hanya karena dia menduduki jabatan tertentu saja. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban karena pada dirinya terdapat potensi untuk mempengaruhi orang lain. Perbuatan yang dilakukan oleh orang lain sebagai akibat dari proses kita dalam mempengaruhinya, merupakan efek dari potensi yang kita miliki, yang harus dipertanggungjawabkan.
Sebagai pimpinan Nasyiatul aisyiyah pada tingkat apapun dalam melaksanakan program Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab, sampai dengan Musyran perlu diusahakan dengan maksimal karena ini sebagai amanat. Amanat yang dilaksanakan merupakan bentuk kebertanggungjawaban. Ini menyangkut keberlangsungan masa depan Muhammadiyah/Aisyiyah  tergantung pada kadernya yang harus memikul amanat dengan berbagai daya dukung yang optimal. I'tikat baik yang serius ini harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari kebijakan organisasi secara sistemik, bukan sekedar kebaikan orang perorang yang kebetulan sedang memimpin baik di kepemimpinan persyarikatan maupun di amal usaha Muhammadiyah/Aisyiyah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar