Kepemimpinan Nasyiatul Aisyiyah
Oleh
: Dra. Hamdanah Ahmad
(Ketua
MPK-PWA Jateng)
I.
Pendahuluan
Masa depan persyarikatan Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, gerakan Dakwah dan Tajdid dan Aisyiyah sebagai perempuan
Muhammadiyah tidak mungkin dilepas dari upaya-upaya pewarisan keyakinan dan
cita-cita hidupnya, pewarisan kepribadiannya, kepada generasi muda, generasi
penerus, pelangsung, dan penyempurna amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah,
yaitu Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di antaranya adalah Nasyiatul Aisyiyah.
Menapaki peralihan Tahun Baru Hijriyah
1430 dan Tahun Baru Masehi 2010 ini Nasyiatul Aisyiyah dihadapkan pada
masalah-masalah dan tantangan yang semakin kompleks dan multidimensi, sehingga
Nasyiatul Aisyiyah diharapkan mampu dan tanggap menghadapi berbagai perubahan
tanpa menghilangkan jati dirinya sebagai organisasi putri Islam (organisasi
kader), sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
PW Muhammadiyah /PW Aisyiyah Jateng
memiliki PDM/PDA yang tidak sedikit yaitu 35 buah dari kota/kabupaten. Jumlah
yang banyak ini memerlukan pengelolaan manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip
yang digunakan untuk mencapai tujuannya sebagai organisasi gerakan dakwah Islam
amar ma'ruf nahi munkar, berasaskan Islam, bersumber pada Al Qur'an As-sunnah.
Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi kader harus memiliki komitmen tanggung
jawab keberlangsungan eksistensi Muhammadiyah/Aisyiyah di Jateng ini
II.
Kedudukan Kader dalam Organisasi
Kader (Perancis:Cadre) berarti elite,
ialah bagian yang terpilih, yang terbaik karena terlatih, berarti jantung suatu
organisasi. Kalau kader suatu organisasi lemah, maka seluruh kekuatan
organisasi juga lemah.
Kader bararti pula inti tetap dari suatu
resimen. Daya juang resimen ini sangat tergantung dari nilai kadernya, yang
merupakan tulang punggung, pusat semangat dan wawasan masa depannya. Maka
itulah yang terpilih dan berpengalaman dalam medan pertempuran, yang taat dan
berinisiatif, yang dapat disebut kader.
Dalam bahasa latin, kader (quadrum)
berarti empat persegi panjang atau kerangka. Jadi, kader dapat didefinisikan sebagai
kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, yaitu merupakan inti dan
tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar dan terorganisasi
secara permanen.
Fungsi dan kedudukan kader dalam suatu
organisasi menjadi sangat penting karena kader sebagai inti penggerak
organisasi. Jika suatu organisasi tidak merancang dan menyiapkan para kadernya
secara sistematis dan organisateris, maka dapat dipastikan bahwa organisasi itu
akan loyo (melempem), tidak ada aktivitas dan tak memiliki
prospek masa depan. Oleh sebab itu setiap organisasi haruslah memiliki
konsep yang jelas, terencana dan sistematis dalam menyiapkan dan mengembangkan
suatu sistem yang menjamin keberlangsungan transformasi kader dan kepemimpinan.
III.
Nasyiatul Aisyiyah, Kader
Aisyiyah/Muhammadiyah
Nasyiatul Aisyiyah sebagai kader
Muhammadiyah/Aisyiyah pilihan perlu memiliki kualitas visi dan misi kejuangan
dan perjuangannya. Dalam menjalankan tugas yang diembannya di manapun dan dalam
suasana apapun, setiap kader Muhammadiyah/Aisyiyah hendaknya mempunyai cara
berpikir, sikap mental, kesadaran beragama dan berorganisasi, keahlian serta
keikhlasan yang berpusat pada:
1. Alam
fikiran :
selalu berpandangan dakwah (dakwah oriented)
2. Sikap
mental :
selalu berjiwa dakwah (dakwah minded)
3. Kesadaran
beragama : menginsyafi
sepenuh jiwa bahwa ajaran agama Islam adalah ruh yang mengerakkan salam setiap
amal perbuatan yang diamalkan dan diusahakan terlaksananya dalam masyarakat.
4. Kesadaran
berorganisasi : mengakui bahwa
Muhammadiyah sebagai organisasi adalam merupakan wadah dan alat perjuangan
semata untuk mengamalkan dan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai ajaran Islam,
dan bukan merupakan tujuan dari perjuangan itu sendiri.
5. Keahlian : berkemampuan
sebagai subjek dakwah, yang memiliki wawasan luas, menguasai teknologi, media
dan informasi sebagai bagian dari stategi dakwah.
Jaman terus
berubah dan berkembang, maka diperlukan visi, missi dan strategi yang handal
dalam sistem pengkaderan Muhammadiyah dan senua ortom-ortomnya, termasuk di
dalamnya Nasyiatul Aisyiyah yang pada akhirnya harus melakukan tranformasi
kader di Aisyiyah, perempuan Muhammadiyah sesuai dengan jenjang lingkungannya.
Roh kejuangan dan perjuangan harus mendarah daging sehingga Muhammadiyah dan
Aisyiyah makin bersinar, menyinari masyarakat Indonesia umumnya, khususnya di
Jateng ini, sehingga Nasyiatul Aisyiyah sebagai kader Aisyiyah benar-benar
berjuang&bekerja dalam aspek wanita untuk mencapai masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya dapat terwujud. Di sisi lain Aisyiyah sendiri perlu
mengembangkan mekanisme dan efektifitas transformasi kader AMM ke Aisyiyah. Hal
ini sesuai dengan Kebijakan Majelis
Pembinaan Kader Pimpinan Pusat Aisyiyah dalam menyikapi Program Muktamar Bidang
Pengkaderan dan Pengembangan Sumber Daya Insani.
IV.
Kepemimpinan
Pengertian:
- Perihal
pemimpin, cara memimpin
- Yaitu perihal
atau cara mempengaruhi dan menggerakkan pihak lain untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki.
- Unsurnya meliputi Pemimpin (Leader), Pengikut (Follower),
Cara ( Method), dan Tujuan (Goal) yang merupakan satu kesatuan (System) yang
disebut kepemimpinan (Leadership)
- Memimpin:
1. Menunjukkan jalan (show the way)
2. Membimbing dengan dukungan (Guide by holding)
3. Mempengaruhi (Influence the actions or ifinions)
4. Memainkan peranan penting ( Leader in role)
5. Mengendalikan ( To control)
6. Mengatur atau memerintah ( To direct)
Kepemimpinan
Nasyiatul Aisyiyah, Aisyiyah atau Muhammadiyah:
1. Meneladani
sifat kepemimpinan Nabi Muhammad
2. Dijalankan
dengan sistem organisasi tidak orientasi individu atau figur
3. Bercorak
kolegral dengan pembagian kerja secara otoritatif
4. Merupakan
kepemimpinan gerakan, bukan semata-mata kepemimpinan organisasi
5. Merupakan alat
dinamik dan subsistem dari sistem persarikatan sebagai gerakan Islam yang
bertujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Kepemimppinan dalam Islam telah banyak
diatur oleh al Quran maupun al Hadist seperti yang telah dicontohkan oleh
Rosululah SAW. Namun secara sederhana, dapat ditelaah dari Hadist yang
menyatakan bahwa “Setiap kamu adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya.
Hadist tersebut dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksud kamu adalah manusia, dan
yang disebut manusia berarti sejak lahir sampai meninggal.
Setiap manusia pasti memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain. Segala perilaku hidup yang disengaja untuk
mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu yang diinginkannya, berarti
telah melakukan aktivitas memimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban. Jadi,
seseorang dimintai pertanggungjawaban bukan hanya karena dia menduduki jabatan
tertentu saja. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban karena pada
dirinya terdapat potensi untuk mempengaruhi orang lain. Perbuatan yang
dilakukan oleh orang lain sebagai akibat dari proses kita dalam
mempengaruhinya, merupakan efek dari potensi yang kita miliki, yang harus
dipertanggungjawabkan.
Sebagai pimpinan
Nasyiatul aisyiyah pada tingkat apapun dalam melaksanakan program Muktamar,
Musywil, Musyda, Musycab, sampai dengan Musyran perlu diusahakan dengan
maksimal karena ini sebagai amanat. Amanat yang dilaksanakan merupakan bentuk
kebertanggungjawaban. Ini menyangkut keberlangsungan masa depan
Muhammadiyah/Aisyiyah tergantung pada
kadernya yang harus memikul amanat dengan berbagai daya dukung yang optimal.
I'tikat baik yang serius ini harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kebijakan organisasi secara sistemik, bukan sekedar kebaikan orang perorang
yang kebetulan sedang memimpin baik di kepemimpinan persyarikatan maupun di
amal usaha Muhammadiyah/Aisyiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar