Jumat, 28 September 2012

TUGAS II BAHASA INGGRIS


NAMA                        : AMIN NURITA FAJAR ASTUTI
NIM                            : 0102512075
SEMESTER                : 1
PROGRAM STUDI   : MANJEMEN PENDIDIKAN
 (Konsentrasi Kepengawasan Sekolah)
DOSEN                      : Dr. Achmad Sofyan, M.Pd



Latihan 11
1.        a. The man in white is my teacher.
Orang yang berbaju putih itu guru saya.
b. The man whose shirt is white works in the Post Office.
Orang yang berbaju putih itu bekerja di Kantor Pos.
c. The man who is wearing a white shirt passes my house every day.
2.        a. The Balinese dance is the ritual dance called “BARIS”.
Tarian Bali itu tarian ritual yang disebut “BARIS”.
b.      The Balinese dance the name of which is “BARIS” is ritual dance.
Tarian Bali yang namanya “BARIS” itu adalah sebuah tarian ritual.
c.       This Balinese dance is called “Baris”. It is a ritual dance.
Tarian Bali ini disebut “BARIS”. Tarian Bali ini adalah sebuah tarian ritual.
3.        a. The Balinese girl whose name is Luh Sudari  visited several countries.
Gadis Bali yang namanya Luh Sundari telah mengunjungi beberapa negara.
b. That Balinese girl is Luh Sudari. She has visited several countries.
Gadis Bali itu bernama Luh Sundari. Dia telah mengunjungi beberapa negara.
c.                   That girl who has visited several countries is a famous Balinese dancer.
Gadis yang telah mengarungi beberapa negara itu adalah seorang penari Bali yang terkenal.
4.        a. That boy is a good musician. His father is mandolin player.
Anak itu seorang musisi yang baik. Ayahnya adalah seorang pemain mandolin.
b.       That man who is playing the mandolin has a son who can also play music.
Orang laki-laki yang memainkan mandolin itu mempunyai seorang putra yang juga bisa bermain musik.
c.       The boy whose father is a mandolin player can play the guitar well.
Anak laki-laki yang ayahnya seorang pemain mandolin dapat bermain gitar dengan baik.
5.        a. The car of which the colour is white is brand new.
Mobil yang warnanya putih itu benar-benar baru.
b.      That car is new. Its colour is white.
Mobil itu baru. Warnanya putih.
c.       The car which is white is new.
Mobil yang berwarna putih itu baru.
6.        a. The girl whose car is running very fast is Sharry Affandi.
Gadis yang mobilnya berjalan sangat cepat itu adalah Sharry Affandi.
b.      That girl is Sharry Affandi. Her car can run very fast.
Gadis itu bernama Sharry Affandi. Mobilnya dapat lari kencang sekali.
c.       The car that is running over there belongs to Sharry Affandi.
Mobil yang berjalan di sana itu milik Sharry Affandi.
7.        a. The town which you passed ten minutes ago is called Cianjur.
Kota yang kamu lewati 10 menit yang lalu disebut Cianjur.
b.      The town the people of which are very religious is Cianjur.
Kota yang penduduknya sangat taat beragama disebut Cianjur.
c.       You have passed the town which is called Cianjur.
Kamu telah melewati kota yang disebut Cianjur.
8.        a. I happen to remember a friend of mine who lives in this town.
Saya kebetulan ingat seorang teman saya yang tinggal di kota ini.
b.      A friend of mine that I remember is a friendly and pretty girl.
Seorang teman saya yang saya ingat adalah seorang gadis yang ramah dan cantik.
c.       A friend of mine whose name I happen to remember is a pretty girl.
Seorang teman saya yang namanya kebetulan saya ingat adalah seorang gadis yang cantik.
9.        a. The man whose house is situated on that hill lives alone.
     Orang laki-laki yang rumahnya terletak di atas bukit itu hidup sendirian.
b.      The man lives alone. His house is situated on that hill.
Orang laki-laki itu hidup sendirian. Rumahnya terletak di bukit itu.
c.       Do you know the man that lives alone on that hill?
Apakah kamu tahu orang laki-laki yang hidup sendirian di bukit itu?
10.    a. The bicycle that is there is mine.
     Sepeda yang berada di sana itu kepunyaan saya.
b.      Bicycle the saddle of which is torn is very expensive.
Sepeda yang sadelnya sobek itu sangat mahal.
c.       The bicycle is very expensive. Its saddle is torn.
Sepeda itu sangat mahal. Sadelnya sobek.




Amin Nurita Fajar Astuti
NIM: 0102512075

Rabu, 26 September 2012

Akhlaq Seorang Muslim terhadap Allah SWT




Ø  Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Ø       Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah
ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di
muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah,
maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian
pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini
merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Ø  Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:
1.  Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):
 “Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemdian mrekea tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
ptutusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
 Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat di atas dengan bersabda:
 “Tidak beriman salah seorang diantara kalian,
hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku
(Al-Qur’an dan sunnah)." (HR. Abi Ashim al-syaibani).

2.  Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah
yang diembankan padanya.
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya, kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itu
merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan
pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami
merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan
juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang
hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa
yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas
apa yang dipimpinnya." (HR. Muslim)
3.  Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika
ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak
mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena
pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca; tsiqah) terhadap
apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa
keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal
tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya."  (HR. Bukhari)
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik
justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki
kebaikan bagi diri kita.
4.      Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika
kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat
kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135) :
"Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya  diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui."
5.       Obsesinya adalah keridhaan ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia.
Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, ‘terpakasa’ harus
mendapatkan ‘ketidaksukaan’ dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:
"Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia." (HR. Tirmidzi, Al-Qadha’I dan ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.
6.       Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada
hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman (QS. 51 : 56):
 “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya
merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah. Sehingga ibadah
tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat, puasa haji dan
sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat
ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerakpak hukum
Allah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan
oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada
umumnya.
7.       Banyak membaca al-Qur’an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi menakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang dmikian besxarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
 "Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya." (HR. Muslim)
 Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang membaca Al-Qur’an, sedang ia terbata-bata dalam membacanya, lagi berat  (dalam mengucapkan huruf hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat." (HR. Bukhori Muslim)

anfa.....sept'12

Selasa, 25 September 2012

Muhammadiyah, dakwah Kultural, dan Dakwah Multikultural



 
By: amin nurita f.a 
Sekretaris  Umum
Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah  Jateng

Pendahuluan
M
uhammadiyah merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang sosial dan keagamaan. Maksud dan tujuan dari Muhammadiyah yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehinga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah , maka Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.
            Dalam upaya melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, Muhammadiyah melaksanakan dakwah dengan berbagai macam cara. Diantaranya adalah lewat Gerakan Da’wah Jama’ah. Pokok kegiatannya  , seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan,sosial, ekonomi, kebudayaan, hukum dan bidang lainnya.
            Dalam rangka menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin maka Muhammadiyah menempuh berbagai pendekatan dan strategi dakwah antara lain melalui Dakwah Kultural dan Dakwah Multikultural. Hal itu dilakukan karena Muhammadiyah melihat adanya dinamika kebudayaan dan kemajuan peradaban umat manusia akhir-akhir ini yang berjalan dengan cepat. Begitu juga dengan adanya tantangan dan permasalahan yang dihadapi manusia pun semakin komplek. Untuk menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan tersebut maka diperlukan ikhtiar atau kreativitas umat dalam rangkla mengembangkan dan menjaga amanah Allah SWT, ajaran Islam sebagai rahmatan lil’alamiin.
            Muhammadiyah melakukan strategi dakwah Islam dalam bentuk strategi kebudayaan dan perubahan sosial di tengah dinamika kehidupan masyarakat yang komplek melalui dakwah kultural dan dakwah multikultural.
            Bagaimana konsep Dakwah Kultural  dan Multikultural Muhammadiyah ?
            Berangkat dari masalah di atas berikut akan kita bahas tentang 1) Pengertian Dakwah, 2) Pengertian Dakwah Kultural 3) Konsep Dakwah Kultural, 4) Pengertian Dakwah Multikultural 5) Konsep Dakwah Multikultural Muhammadiyah

1)            Pengertian Dakwah
Dalam Islam dikenal Dakwah dan Tabligh Secara kebahasaan kata Dakwah berarti panggilan, seruan atau ajakan, sedangkan kata Tabligh berarti  penyampaian materi. Dakwah berarti mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk memeluk agama Islam, maka tabligh berarti menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan agar orang  atau kelompok itu bersedia memeluk agama Islam demi kebaikan mereka di dunia dan keselamatan akhirat kelak. Pelaku Dakwah disebut Da’I sedangkan pelaku tabligh disebut mubaligh.
Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam kedalam kehidupan yang nyata.
Esensi dakwah dalam Islam adalah mengajak kepada kebaikan, yad’uuna ila alkhoir, memerintahkan kepada yang ma’ruf, ya’muruuna bi al-ma’ruf dan melarang dari yang mukar, yanhauna ani al-munkar ( QS. Ali ‘Imron/3:110).
Sedangkan metode dakwah secara umum dan menjadi acuan merujuk pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, yaitu metode al-hikmah, al-maw’idhah al-hasanah dan al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan ( Q.S. an-Nahl/16 : 125).
Metode dakwah bi al-hikmah berarti penyampaian dakwah dengan terlebih dahulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar serta mendalam orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya.  Metode dakwah bi al-maw’idhah al-hasanah , memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah Islam itu dengan cara-cara yang baik, seperti dengan memberi nasehat, pengajaran, dan contoh teladan yang baik. Metode dakwah bi al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan , bertukar pikiran dengan cara-cara terbaik yang dapat dilakukan, sesuai dengan kondisi orang-orang dan masyarakat sasaran.
Apapun metode dakwah yang digunakan , dakwah sebagai alat untuk melakukan perubahan individu atau masyarakat, dari  kehidupan yang belum islami menjadi kehidupan yang islami.

2)            Pengertian Dakwah Kultural
Dakwah kultural merupakan upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh  dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Dakwah kultural mencoba memahami potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya berarti memahami ide-ide, adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, norma, sistem aktivitas, simbol, dan hal-hal fisik yang memilki makna tertentu dan hidup subur dalam kehidupan masyarakat.
Dikatakan dakwah kultural, karena dakwah yang dilakukan menawarkan kultur baru yang bernilai islami. Dari ikhtiar untuk menawarkan kultur baru yang bernilai islami, dari teks Kitab Suci Al-Qur’an lahirlah seni baca al-Qur’an dan seni kaligrafi.
Ciri dakwah kultural adalah : dinamis, kreatif dan inovatif. Ciri dakwah kultural ini pernah dipraktekkan Rasulullah SAW, ketika memperlakukan Tsumamah bin Utsal, kepala suku Bani Hanifah. Kreatifitas dan inovasi kultural dalam berdakwah juga dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan, dengan mendirikan lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan dan lain-lain.
Secara substansial misi dakwah kultural adalah upaya melakukan dinamisasi dan purifikasi. Dinamisasi bermakna sebagai kreasi budaya yang memiliki kecenderungan untuk selalu berkembang dan berubah ke arah yang lebih baik dan islami. Purufikasi diartikan sebagai usaha pemurnian nilai-nilai dalam budaya dengan mencerminkan nilai-nilai tauhid.

3)            Konsep Dakwah Kultural
Setelah memahami pengertian dakwah, pengertian dakwah kultural, maka konsep dalam dakwah kultural dapat dipahami melalui  :
  1. Dakwah kultural  dalam konteks budaya lokal
Dakwah Muhammadiyah dalam  konteks budaya lokal berarti mencari bentuk pemahaman dan upaya yang lebih empatik dalam mengapresiasi kebudayaan masyarakat yangakan menjadi sasaran dakwh dan mengaktualisasikan  gerakan dakwah Islam dalam realitas kebudayaan masyarakat Indonesia secara terus menerus dan berproses sehingga nilai-nilai Islam mempengaruhi, membingkai, dan membentuk kebudayaan yang Islami. khususnya di kalngan umat Islam, melalui pendekatan dan strategi yang tepat
  1. Dakwah kultural  dalam konteks budaya global
Muhammadiyahperlu mengkaji  secara mendalam titik-titik silang antara Islam dan budaya global, baik secara teoritik maupu empirik, untuk keberhasilan dakwah , seperti : memperhatikan substansi atau pesan dakwah, memperhatikan pendekatan dan strategi dakwah, memperhatikan media atau wahana dakwah dan memperhatikan pelaku atau subjek dakwah.  Maka dari itu Muhammadiyah perlu memperluas khazanah dakwahnya agar sesuai dengan pola perkembangan budaya global.
  1. Dakwah kultural  melalui apresiasi seni
Budaya termasuk seni khususnya  adalah ekspresi dari perasaan sosial  yang bersifat kolektif sehingga merupakan ungkapan yang sesungguhnya  dari hidup dan kehidupan masyarakat. Muhammadiyah mengembangkan dakwah kultural melalui apresiasi seni, dengan pengembangan seni yang ma’ruf untuk kepentingan dakwah Islam. Adapun untuk seni yang belum makruf maka perlu dilakukan melalui tahap seleksi  dan pemilahan secara syar’I, tahap intervensi nilai dan rekayasa isi, tahappenguatan dan pengembangan seni sehingga bisa menjadi seni yang ma’ruf. Maka dakwah kultural Muhammadiyah bisa berperan untuk melahirkan inovasi dan kreasi.
  1. Dakwah kultural  melalui multimedia
Dakwah melalui multimedia merupakan aktivitas dakwah dengan memanfaatkan berbagai bentuk tekhnologi informasi dan komunikasi sebagai media atau wahana pencapaian tujuan dakwah.
Dakwah lewat multimedia dapat melalui media cetak, media elektronik, media virtual atau internet.  Adapun agenda yang perlu dilakukan Muhammadiyah  menyangkut aspek persepsi atau wawasan, aspek sumberdaya manusia, dan kelembagaan, serta aspek kegiatan /program .
  1. Dakwah kultural  gerakan jamaah dan dakwah jamaah
Dakwah kultural sebenarnya merupakan kelanjutan dari program Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah bisa menjadi media bagi dakwah kultural dengan fokus pemberdayaan dan pengembangan masyarakat melalui pembentukan jamaah sebagai satuan sosial (komunitas), menjadi penting dan mendesak untuk direalisasikan

4)            Pengertian Dakwah Multikultural
Dari segi terminologi, multikultural artinya berbagai macam kebudayaan. Menurut Drs. Achmad Charris Zubair, S.U  multikultural merupakan pertumbuhan kesadaran, yang muncul dari satu pemahaman bahwa adanya perbedaan-perbedaan yang muncul akibat latar belakang kebudayaan. Dalam hal agama multikultural itu disebutkan dalam al-Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya : “ Bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian dijadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya mereka saling mengenal”. Dalam surat Al-Maidah ayat 48 disebutkan “ Allah menciptakan satu umat saja bisa, tetapi Allah tidak menciptakan hanya satu umat supaya kita diberi kesempatan untuk berfastabiqul khairat”.
5)            Konsep Dakwah Multikultural Muhammadiyah
Muhammadiyah sejak awal sebenarnya sudah berbeda dan sudah menghormati kultur lain. Ketika kita bicara tentang agama, perbedaan-perbedaan itu pasti ada dan tidak bisa dicegah. Agama menghargai adanya perbedaan dan kemajemukan, hanya dalam kehidupan manusia kita mengenal beberapa prinsip perbedaan.
Pertama, perbedaan kebudayaan, yang melahirkan suku, adat istiadat dan baju yang berbeda. Lain tempat maka lain juga budayanya.
Kedua, perbedaan normatif atau perbedaan penafsiran  terhadap prinsip yang sama, misalnya dalam Islam kita mengenal ada ahli sunnah wal jamaah, ada syiah, ada khawarij.
Ketiga, perbedaan yang bersifat prinsip yang tidak bisa dicegah, misalnya perbedaan dalam hal iman. Perbedaan ini tidak bisa ditawar.
Adanya perbedaan-perbedaan tersebut maka kita bisa memahami terhadap kultur lain. Langkah pertama Muhammadiyah harus mampu  membina, memupuk kesadaran , karena multikulturalisme itu pada dasarnya sebuah kesadaran. Kesadaran sendiri ada dua faktor utama. Pertama, munculnya pemahaman akan realitas, harus ditumbuhkembangkan bahwa orang itu tidak mungkin sama dan hal itu harus disadari baik secara individu maupun secara komunitas. Muhammadiyah harus sadar bahwa kita tidak mungkin sama, masing-masing punya pendapat yang berbeda. Kedua, kita tidak hanya melihat dari sudut pandang ego, tetapi juga harus melihat bahwa orang harus melihat dari sudut pandang orang lain, sehingga akan muncul empati, toleransi dan akan muncul hubungan yang baik yang harmonis dan lainnya.
Adanya kesadaran multikulturalisme ini ditandai bahwa sekaligus menandai bahwa zaman, masyarakat dan aneka prsoalan hidup memang selalu baru dan memperbaharui dirinya sendiri. Adanya keadaan yang selalu berubah maka menuntut kita untuk bisa membaca keadaan, salah satunya dengan membaca keadaan menurut cara pandang yang multikultural berdasar kesadaran multikultural juga. Untuk itu solusi dakwah multikultural dapat kita jalankan.
Mengapa dakwah multikultural menjadi satu gagasan bagi Muhammadiyah. Kita bisa melihat pengalaman-pengalaman yang lalu. Adanya konflik ras, konflik etnis, konflik agama dan seterusnya. Kenapa semua itu bisa terjadi, karena masing-masing memaksakan monokultur, yaitu kultur tunggal milik sendiri terhadap kultur lain. Sehingga solidaritas, menjadi menyempit. Dengan demikian dakwah multikultutal menjadi penting yaitu dakwah yang mengandaikan perbedaan kultur, mengandaikan toleransi yang produktif dan mengandaikan solidaritas yang lebih luas, yaitu solidaritas kemanusiaan.

Penutup
Dakwah Multikultural sebagai salah satu model pendekatan dan metode dari gerakan dakwah Muhammadiyah merupakan aktualisasi dari Dakwah Islam dalam realitas kebudayaan masyarakat yang beragam atau heterogen.
Muhammadiyah bisa diterima  oleh masyarakat yang berbeda ini berarti Muhammadiyah sudah mempunyai basic wacana multikultural yang cukup. Dengan pendekatan multikultural tadi Muhammadiyah harus benar-benar memberi pemahamanan kepada warga agar nantinya tidak terjadi kesalahan pemahaman
Barang kali akan lebih baik jika Muhammadiyah mampu menyelesaikan konsep dakwah kultural terlebih dulu baru kemudian disusul dengan konsep dakwah multikultural sehingga warga Muhammadiyah tidak merasa bingung, dan akan memahami dengan jelas apa itu dakwah kultural dan apa dakwah multikultural. Karena dua pendekatan tersebut saling berhubungan.
Prinsip perbedaan  harus dipahami, sehingga kita bisa membatasi perbedaan mana yang bisa ditoleransi. Baik Dakwah Kultural maupun Multikultural  merupakan salah satu alternatif dakwah , sehingga dengan metode tersebut prinsip dan misi yang akan kita capai , serta tujuan utama dakwah kita harus tercapai., dan benar-benar sesuai dengan syariat agama.  Dalam memilih motede dakwah harus dipahami karakter masyarakat sehingga kita bisa memilih metode mana yang tepat kita gunakan.

Daftar  Putaka
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2005, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah , Suara Muhammadiyah
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2004, Dakwah Kultural Muhammadiyah Suara Muhammadiyah
H.A Rosyad Sholeh,2005, Manajemen Dakwah Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah
Suara Muhammadiyah, edisi No.03/Th. Ke-91/2006
Suara Muhammadiyah, edisi No.10/Th. Ke-90/2006